Selasa, 15 Desember 2015



2. Pembahasan

2.1 Perubahan Prilaku yang Terjadi Setelah Menjadi Maba MSAA.

Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R) ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources). Perubahan perilaku memanglah bukan fenomena alam. Akan tetapi itu adalah sebuah keunikan manusia yang bersangkutan dengan dirinya sendiri dengan keadaan dan lingkungan sekitar. Sama halnya dengan mahasantri ma’had yang mengalami perubahan perilaku, diantaranya:
1.                  Mandiri
Kata ini sering sekali keluar dari mulut seseorang, tapi tidak semua orang dapat melakukannya. Akan tetapi, jika di ma’had mau tidak mau mahasatri harus mandiri dan mengerjakan semua hal itu sendiri. Wewenaang pribadi sanga tergantung pada solidaritas antaara anggota-anggota kelompok, dan di sini unsur kebersamaan sangat memangang peran (Soekanto & Sulistyowati, 2013:248) Contohnya adalah :
a.       Bangun pagi harus bangun sendiri
b.      Mandi harus antri dan toleransi
c.       Mencuci baju sendiri dan semua hal yang dilakukan dirumah dengan bantuan orang tua sekarang harus dikerjakan sendiri.
2.                  Mengatur waktu dan Mengatur uang
Hal yang mudah tapi sulit di lakukan jika kita belum terbiasa dengannya. Tanpanya kita harus mencarinya. Karena betapa sulitnya mengtur waktu dan mengatur keuangan diri sendiri itu.
3.                  Ucapan,Tingkah laku, Berpakaian
  Etitut memang haruslah di jaga dimanapun kita berada, oleh karena itu ma’had juga mengharuskan mahasatrinya untuk menjaga ucapan, cara berpakaian dan tingkah lakunya. Biasanya semua itu akan berimbas pada kebiasan dan perubahan perilaku mahasatri. Witson berpendapat bahwa hampir semua perilaku merupakan hasil dari pengondisian, dan lingkungan membentuk perilaku kita dengan memperkuat kebiasaan tertentu (Sobur, 2013:126).
2.2 Faktor-Faktor Perubahan Perilaku Maba MSAA.
Setelah kita mengamati dengan seksama inilah factor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku yang terjadi itu ada dua, yaitu :
1.      Internal
a.       Diri Sendiri
Diri ssendiri adalah motivasi dan sugesti yang sangat berpengaruh besar dalam perubahan perilaku karena pendorong besar dalam perubahan. Jika memang kita menghendaki pasti berubah, tapi jika tidak itu akan mengalami perubahan yang setengah dan mengaami kegagalan. Ituah kenapa diri sendiri adalah factor utama.
b.      Keluarga
Keluarga adalah pendorong yang sangat kuat untuk membuat kita berubah. Keadaan keluarga akan sangat menentukan berhasil tidaknya anak dalam proses belajar ( sobur, 2013:248 ). Adanya keluarga itu dapat membuat individu untuk termotivasi agar mereka dapat beradaptasi dengan baik sehingga dapat menjadi orang yang berjalan dengan baik dalam keadaan apapun.
2.      Eksternal
a.       Lingkungan
Lingkungan adalah salah satu faktor karena jika diri kita menghendaki perubahan perilaku sedangkang lingkungan kita tidak mendukung maka itu juga akan mengalami kegagalan. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan lingkungan yang buruk; lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang baik (Sobur, 2013:123). Sama seperti lingkungan ddi ma’had yang mengharuskan kita bererilaku dan menaati kegiaatan yang ada.
b.      Praturan
Peratusan adalah batasan yang dapat dilakukan oleh seseorang. Sedangkan peraturan sendiri bersifat memaksa setiap orang yang ada dibawah peraturan tersebut. Itu membuat orang-orang mematuhinya. Contohnya saja saat ma’had memiliki peraturan untu tidak ada yang boleh pulang melebihi jam 21:00 malam , mau tidak mau mereka akan mematuhinya.
2.3  Perbandingan Perilaku Maba Sebelum dan Sesudah Menjadi Maba MSAA.
      Melihat perbandingan adalah hal yang harus kita lakukan dalam suatu perubahan perilaku. Karena dalam perubahan perbandingan itu akan terlihat, dari yang tidak mandiri harus mandiri, dari berpakain seenaknya menjadi taat peraturan dan masih banyak lagi. Semua perbandingan yang muncul itu memanglah harus ada. Akan tetapi, terkaang kita sendiri lupa bahwa perbandingan perilaku itu dapat memotivasi kita agar menjadi orang yang lebih baik lagi dan lagi.
      Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan ini adalah suatu keharusan (Sobur, 2013:536 ). Perbandingan antara manja menjadi mandiri itu adalah hasil dari kemampuan seseorang, karena jika seseorang itu lemah dengan dirinya maka tidak akan lahir sebuah perubahan yang menghasilkan perbandingan dirinya yang dulu dengan sekarang. Memang semua itu perlulah sebuah perjuangan yang sangat kuat.
Perubahan perilaku yang dulunya baik menjadi tidak baik atau yang dulunya baik menjadi tambah baik dan anak yang dulunya tidak baik menjadi tambah baik atau anak yang dulunya kurang baik menjadi brontak karena kurangnya kebebasan ataupun masalah-masalah lain. Semua akan terjadi dengan kehendaknya sendiri. Jadi apapun yang terjadi pada perubahan perilaku itu tidak ada kehendak diri sendiri itu akan sama saja, karena setiapa perilaku manusia itu memiliki tabiatnya masing-masing yang sudah mendarah daging.
Perbandingan perubahan-perubahan terjadi pada semua aspek kehidupan mahasatri  (manja menjadi mandiri), (makan disiapkan menjadi makan cari sendiri), (cara berpakaian terserah selera menjadi harus ikut peraturan), (mandi tanpa antri menjadi harus sabar saat antri). Semua pebandinga diatas adalah beberapa contoh perubahan perilaku yang erjadi pada mahasantri. Sebagaimana yang kita tahu bahwa perbandingan itu akan menyadarkan kita bahwa sebenarnya kia dapa menjadi orang yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Jiwa dan tubuh adalah sesuatu yang tak terpisahkan, dan saling memengaruhi satu sama lain. Dalam tubuh yang sehat, seperti kata ungkapan, cenderung memungkinkan adanya jiwa yang sehat; dan sikap-sikap mental yang sehat membuat tubuh lebih sehat (Sobur, 2013: 536 ). Itulah salah satu perbandingan yang pasti ada pada mahasantri baru yang ada di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Penutup
3.1 Simpulan
bahwa perilaku adalah merupakan suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku itu dapat berubah apabila terjadi  ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut.
Faktor- faktor yang menyusun perubahan perilaku itu dapat di kendalikan dengan mengendalikan diri kita sendiri. Banyak hal yang tekandung dalam factor-faktor perubahan perilaku diantaranya lingkungan, keluarga , diri sendiri dan masih banyak lagi. Semua itu akan berjalan dengan baik jika ada kehendak baik dari diri sendiri dan akan menghasilkan perubahan perilaku secara tuntas atau maksimal.
Dalam kasus yang ada dalam lapangan . perubahan perilaku itu terjdi dalam dua perbedaan yaitu perubahan perilakunya anak dari ma’had dan perubahan perilakunya anak yang memang tidak berlatar belakng dari ma’had. Memang sebuah perbedan akan tetapi perubahan yang terjadi tetaplah sama di pengaruhi oleh peraturan, hasrat ingin bebas dan masih banyak lagi.

Daftar Rujukan
Soekanto Soerjono,dkk. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2013
Sobur alex. Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pustaka Setia 2013
Sanderson Stephen K. Sosiologi Makro Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial. Rajawali Pers, 1995

Senin, 30 November 2015



KAJIAN EPISTEMOLOGI DALAM PSIKOLOGI


Dosen Pembimbing:
Zainal Habib, M.Hum
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
2015/2016
Jalan GajayanaNomor 50, Malan
LATAR BELAKANG
               Filsafat ada karena lahir dari buah fikir manusia dan karena itu pula lah filsafat di jadikan sebagai ibunya para ilmu pengetahuan. Jika dilihat dari filasafat adalah induknya ilmu pengetahuan maka dapat di simpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang paling lama dan pastinya paling tua serta paling berpengaruh untuk ilmu – ilmu yang lain.
               Ilmu pengetahuaan saat ini adalah anak dari dua cabang ilmu filsafat yaitu filsafat moral dan filsafat alam. Filsafat moral menelurkan ilmu – ilmu yang jatuhnya ke ilmu social atau yang biasanya di sebut ilmu pengetahuan sosal (IPS) sedangkan filsafat alam itu menelurkan ilmu yang jatuhnya keplajaran IPA (ilmu pengetahuan alam). Dari dua itu psikologi adalah anak dari ilmu pengetahuan social atau di sebut dengan IPS.
               Psikologi adalah sebuah istilah yang berfisafat dan artinya secara harfiah adalah ilmu jiwa atau dapat di artikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang gejala kejiwaan. Rita L. Atkinson berujar dalam sebuah bukunya “Tidak ada orang pada masakini yang mengakui tidak mengenal psikologi”. Dari perkataan itu kita dapat mempelajari bahwa ilmu psikologi sekarang berada pada kejayaan oleh karena itu kita harus tau bagaimana ilmu psikologi itu ada dengan metode apa ,cara apa dan lain-lain.
               Dalam ilmu filsafat terdapat cabang ilmu yang dimana kita dapat mengetahui bagaimana ilmu itu ada dengan cara apa ilmu itu ada yaitu dengan cabang dari filsafat ilmu yang Epistemologi.
               pada makalah ini kita akan membahas tentang bagaimana cara psikologi dapat mendapatkan ilmunya di tinjau dari ilmu filsafat, dengan landasan Epistemologi.

Rumusan Masalah
1.    Bagaimana mengetahui proses untuk memperoleh pengetahuan berupa ilmu dan Bagaimana caraya atau metodenya ?
2.    Metode apa yang harus di ketahui untuk mendapatkan pengetahuan yang benar ?
3.    Bagaimana Cara untuk membantu mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?


BAB I
PEMBAHASAN
A.   Definisi Epistemologi
                    Menurut Wikipedia Epistemologi, (daribahasaYunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu).
                    Epistemologi adalah cabang dari ilmu filsafat yang berhubungan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Persoalan adalah salah satu dari yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta apa hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan itu .Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang ada dimiliki oleh setiap umat manusia. Pengetahuan tersebut dapat di dapat manusia melalui akal dan pancaindera dengan bermacam-macam metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metodepositivisme, metodek ontemplatis dan metodedialektis.
Dalam epistemology juga terdapat aliran-aliran di antaranya :
a.    Empirisme
         Menurut aliran ini sebuah pengetahuan di dapat dengan melalui pengalaman yang bersifat inderawi. Jadi sebuah pengetahuan itu dapat di peroleh melalui alat indra kita entah itu dapat di terima oleh akal atau tidak akan tetapi bisa dilihat oleh indera dan ddapat di inderakan.

b.    Rasionalisme
        Aliran ini adalah aliran yang lahir karena keterbatasannya inderawi manusia. Dimana keterbatas inderawi manusia yang terbatas menerima objek yang masih kacau akan di terima dan di pertimbangkan dalam pengalaman berfikir. Dalam aliran ini atau paham ini standar kebenarannya adalah akal manusia. Dalam duel antara inderawi dan akal akan menghasilkan hasil yang lebih bbaik akan tetapi belum menemukan pengetahuan yang utuh.

c.    Positivis
        Pendiri aliran ini adalah seorang pengikut aliran empiris, jadi baginya inderawi itu sangatlah penting dalam memperoleh pengetahuan akan tetapi semua itu harus di pertajam dengan adanya alat bantu yang dapat menerangkan lebih jelas dan memperkuat oleh eksperimen. Dari aliran ini kebenaran dari akal , kemudian di perkokoh oleh bukti yang empiris yang terukur .

d.    Intuisionisme
        Aliran ini lahir karena tidak sepahamnya dengan alairan empirisme dan rasionalisme dalam aliran ini ia beranggapan bahwa tidak hanya inderawi manusia ang terbatas tapi, akal manusia pun juga terbatas. Aliran ini adalah alirn yang sangat sulit untuk di pelajari karena apa , karena aliran ini bermain daam lingkaran insting yang mana tiak semua orang memilki kemampuan berfikir instuisional. Dlam islam juga ada hal seperti ini yang biasanya di sebut dengan istilah kasyaf




B. METODE ILMIAH
Metodeilmiah adalah proses untuk mendapatkan pengetahuan yang di sebut ilmu, akan tetapi tidak semua pengetahuan itu di sebut ilmu karena ilmu harus memnuhi syarat-syarat tertentu yang di sebut metode ilmiah.
Epistemologi sendiri adalah pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan yang benar dan metode ilmiahnya adalah ekspresimen bagaimana cara kita bekerja untuk mendapatkannya.

Metode ilmiah juga dapat di jabarkan dalam beberapa langkah yang akan mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah, yaitu:
1.    Perumusan masalah
Perumusan masalah merupakan pertayaan yang mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor  yang terkait di dalamnya.
2.    Penyusunan kerangka berfikir dalam pengjuan hipotesis
Agrumen yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat berbagai factor yang berkaitan dan berbentuk konstelasi permasalahan.
3.    Perumusan hepotesis
Jawaban sementara atau dapat di sebut sebagai dugaan dari pernyataan yang di ajukan.
4.    Pengujian hipotesis
Mengumpulkan fakta-fakta yang berkaitan tentang hipotesis itu dan mencari apakah ada fakta-fakta yang mendukung hipotesisitu.
5.    Penarikan kesimpulan
Merupakan penilaian tentang di terimanya atau di tolaknya hipotesis.

Metode ilmiah ini pada dasarnya adalah sama dengan semua disiplin ilmu baik yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Bila ada sebuah perbedaa ndalam kedua kelmpok keilmuan ini maka perbedaan itu tidak terletak pada aspek berfikirnya akan tetapi pada aspek-aspek tekniknya. Contohnya saja cara pengumpulan data pada gejala gunung berapi pasti berbeda dengan cara pengumpulan data perubahan perilaku anak kecil.

Akan tetapi metode ilmiah ini tidak dapat di rumuskanatau di gunakan dalam kelompok yang tidak termasuk dalamilmu. Matemati dan bahasa itu merupakan contoh kelompok yang tidak dapat menggunakan metode ilmiah karena mereka bukanlah ilmu melainkan pengetahuan yang merupakan sarana berfikir ilmiah.
Demekianlahsecarasingkattelah di bahasmetodeilmiah yang alur-alaurnya telah tercermin dalam langkah-langkah tertentu, akan tetapi langkah-langkah dalam metode ilmiah ini jangan di tafsirkan secara mati atau leterlek karena ada baiknya kita mendengarkan peringatan dari Leonard Nash “bahwa terdapat bahanya yang mengintai di balok mitos kata metode karena para ilmuan akan memikirkannya secara terlalu sungguh-sungguh”

D. PENGARUH EPISTEMOLOGI DENGAN PSIKOLOGI

Ilmu adalah hasil dari pengetahuan yang telah terilmiahkan atau teruji dengan segala rumusan masalah. Ilmu psikologi sendiri dapat didapat dengan hubungan epistemology, akan tetapi tidak hanya dengan epistemology saja. Dalam epistemology sendiri terdapat rangkaian yaitu ontology,epistemology aksiologi dalam rangkaian ini lah kita akan benar-benar mendapat sebuah ilmu yang teruji kebenarannya dengan segala yang ada. Dengan epistemology kita akan mendapatkan metodenya bagaimana kita mendaapatkan sebuah ilm psikologi yang benar agar tidak salah kaprah. Psikologi itu jika kita tanyakan kepada seseorang yang tidak tau atau kurang tau akan ilmu pasti ia akan mengatakan bahwa ilmu itu akan mengurusi orang gila, padahal tidak semua psikolog akan jatuh di situ oleh karena itu dengan epistemology kita dapat mengetahuai ini lho ilmu psikologi sebenarya . ilmu yang pada dasarnya meneliti prilaku seseorang yang mana, dimana ada seseorang maka disitu ada psikolog bukan dimana ada orang gila baru ada psikologI  . Karena apa, karena epistemology sendiri adalah cara atau metode untuk mendapatkan kebenaran.

 Epistemology dalam psikologi sendiri itu berkaitan dalam tiga hal yaitu:
 pertama objek, Dimana objek itu akan di cari bagaimana objek itu menduduki kebenaran dengan metode- metode yang terdapat di psikologi sendiri. Psikologi sendirikan sudah kita tau bahwa dia adalah ilmu yang salah satu dari pecahan ilmu filsafat. Jadi dengan adanya objek yang empiris psikologi dapat melakukan metode ilmiahnya dan dapat mengubah sebuah pengetahuan objek tersebut menjadi ilmu yang sudah teruji dengan rumusan-rumuan masalah.
 Kedua adalah cara memperoleh atau dapat dikatakan sebagai metodenya yaitu dimana kita berusaha mendapatkan ilmu psikologi itu dengan metode-metode yang akan membuat kita mendapatkan hasil sebenarnya. Dapat membuat kita mengetahui ini lho ilmu psikologi itu bukan ilmu-ilmu lainnya bukan pula ilmu psikologi yang dengan penafsiran salah dimana jaman sekarang psikologi identic dengan hipnotis.
Ketiga adalah ukuran kebenaran yaitu dimana kita telah menggunakaan metode-metode yang benar dan teori-teori yang ada sebagai cara kita agar mendapatkan ilmu psikologi yang benar tidak seperti pemahaman orang-orang yang mengatakan psikologi itu ilmu ramal, mengurusi orang gila saja atau hipnotis serta ilmu mistis dan sebagainya . disinilah kegunaan epistemology dalam psikologi agar kita mendapatkan ilmu psikologi dengan ukuran kebenaran yang benar diman kita menggunakan metode-metode yang telah ada agar kita mendapatkan ilmu psikologi yang benar dengan ukurang ke benaran yang tidak salah kaprah dan menjadi ilmu yang benar-benar dapat dinterima oleh masyarakat.



KESIMPUULAN
 Intinya pengaruh epistemology dalam psikologi itu untuk mendapatkan ilmu itu dengan kebenarannya dengan melakukan metode-metode yang  sesui kepada objeknya yang akan mengakibatkan psikologi itu mendapatkan ilmu yang benar dengan ukuran kebenaran yang benar. Contohnya seperti megupas apel, dimana cara kita untuk mengupas apel itu dengan pisau dan metodenya bisa memutar atau dengan cara mengupas biasa atau dengan cara –cara yang lain semua itu hanya untuk mendapatkan buah apel yang sudah di kupas itulah perumpamaakan epistemology sebagai cara untuk mendapakan ilmu psikologi atau ilmu-ilmu yang lain dengan metode-metode yang benar dan ukuran kebenaran yang benar.


DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu. 2010. Remaja Rosdakarya:Bandung
Bakhtiar, Amsal. Filsafat ilmu. 2013. Rajagrafindo Persada:Jakarta
S.Suriasumantri..jujun.filsafat ilmu.2010.pustaka sinar harapan:Jakarta
Sobur, Alex. PSIKOLOGI UMUM. 2003. Pustaka Setia:Bandung
Walgito.Bimo.pengantar psikologi umum.1980.andi offset:Yogyakarta
Habib.zaenal.selayang pndang bab I.